Header Ads Widget

news

6/recent/ticker-posts

Tolak Nurdin, "Bobotoh" Unjuk Rasa di Kandang Monyet


JAKARTA,(GM)-
Aksi besar-besaran terjadi di markas PSSI di kompleks Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, kemarin. Ribuan suporter yang terdiri dari sekitar 1.500 suporter dari berbagai daerah di Indonesia, melakukan pawai dari pintu X Gelora Bung Karno pada pukul 12.00 WIB.

Sambil berpawai, mereka meneriakkan yel-yel yang berisikan cemoohan untuk Nurdin Halid. Intinya orasi para suporter ini meminta Nurdin untuk segera mundur dari kursinya, merevolusi PSSI, serta meluluskan Arifin Panigoro serta George Toisutta sebagai calon Ketua Umum PSSI.

Jalannya demo terhitung tertib dengan kawalan dari sekitar 700 petugas Polsek Tanah Abang dan sekitarnya. Sampai saat ini, para suporter yang mayoritas beratribut merah putih itu masih bergantian memberikan orasinya dan jumlahnya terus bertambah.

"Kita akan menginap jika Nurdin tidak mau turun. Kita mau ditemui Nurdin. Kalau belum ditemui Nurdin, kita rencananya mau nginap sampai Sabtu," ujar Priyanto, salah satu koordinator suporter.

Di Bandung, puluhan bobotoh melakukan aksi demo menolak Nurdin Halid sebagai Ketua Umum PSSI, di Kebon Binatang Bandung, Jln. Tamansari, Rabu (23/2) sekitar pukul 12.00 WIB. Mereka melakukan aksinya tepat di depan kandang monyet. Bahkan, salah satu satwa di kebun binatang, yakni orang utan sumatra bernama Atim (4,5), dijadikan ikon demo para bobotoh.

Aksi ribuan suporter sepak bola yang mengenakan pakaian merah putih ini, akhirnya mampu menguasai kantor PSSI di Senayan Jakarta. Bahkan para pendemo langsung menyegel kantor PSSI tersebut dengan seutas rantai. Aksi penyegelan terjadi sekitar pukul 14.30 WIB. Tiga wakil pendemo memasuki kantor PSSI setelah bernegosiasi dengan kepolisian.

Dengan membawa seutas rantai lengkap dengan gemboknya, ketiga wakil pendemo langsung menuju pintu masuk kantor PSSI. Selanjutnya, mereka langsung menyegel pintu kantor dengan rantai.

"Ini adalah bentuk perlawanan kita terhadap PSSI. Kami akan tetap bertahan, sampai Nurdin Halid turun. Kalau Nurdin turun hari ini, itu baik karena berarti kami bisa pulang," kata Novita Elirosa, wakil pendemo yang ikut dalam proses penyegelan kantor PSSI. Tidak hanya itu, sebuah spanduk juga dibentangkan tepat di depan pintu PSSI dan di atas kantor PSSI.

Ajak masyarakat

Dalam aksinya, para pendemo mengajak masyarakat bergabung ke Senayan, untuk memberi tekanan makin besar buat PSSI. "Kami sangat ingin masyarakat yang tidak tergabung dengan komunitas suporter untuk ikut bergabung dengan gerakan ini," ujar Korlap Gerakan Revolusi Merah Putih, Zen R.S. pada detiksport di depan kantor PSSI Senayan, Jakarta.

"Sepak bola Indonesia dan PSSI adalah simbol bagaimana korupsi dan koruptor selalu punya cara untuk kembali mendapatkan posisinya. Menolak Nurdin kembali memimpin PSSI, adalah langkah simbolik untuk mengatakan bahwa kita tak sudi dipimpin koruptor," tegasnya.

Disebutkannya pula, aksi yang digelar di GBK ini tidak hanya diikuti kelompok-kelompok suporter, tapi juga ada dari elemen masyarakat yang lain, seperti ICW, Kontras, dan beberapa organisasi gerakan mahasiswa, termasuk alumni gerakan '98.

"Aksi ini harus diperluas sehingga elemen masyarakat lain akan lebih banyak yang bergabung. Diharapkan semuanya akan jadi bola salju yang memuncak pada kongres PSSI bulan depan. Jika kian besar dan masif gerakan ini, PSSI dan para pemilik suara di kongres akan mendapatkan sinyal jelas, bahwa mereka akan berhadapan dengan massa dan masyarakat di dalam kongres. Bukan tak mungkin kongres bisa diambil alih oleh warga dan rakyat," paparnya.

Di Malang

Di Kota Malang, Jawa Timur, puluhan orang melakukan aksinya di depan pintu wali kota menuntut mundur Nurdin Halid bersama kroni-kroninya. Dalam orasinya, perwakilan massa kecewa pucuk kepemimpinan PSSI dikendalikan orang yang pernah menjalani hukuman di balik jeruji penjara.

Satu per satu massa mengikuti aksi memasang pita hitam di lengan kiri, sebagai tanda wafatnya keadilan dan kebenaran di negeri ini. Massa mengancam akan menggelar aksi sampai aspirasi mereka didengar pemerintah daerah dan DPRD Kota Malang. "Kita harus maju, membela kebenaran. Menurunkan Nurdin Halid," teriak massa.

Alex, salah satu pengunjuk rasa, mengatakan, aksi protes ini dilakukan masyarakat yang prihatin melihat sepak terjang PSSI. Selama ini PSSI belum bisa menyumbangkan prestasi membanggakan. "PSSI hanya menjadi lumbung kepentingan pribadi. Kita mendesak adanya revolusi di tubuh PSSI," katanya.

Alex menambahkan, aksi ini juga membuka kebobrokan PSSI untuk diketahui publik. Karena, banyak masyarakat tertipu. Massa juga menggalang dukungan menuntut Nurdin Halid turun, dan tidak kembali maju menjadi calon ketua umum ke DPRD Kota Malang. Mereka meminta ketua dewan mendukung penurunan atau reformasi di tubuh PSSI.

Tekad menurunkan Nurdin Halid dan kroninya juga ditunjukkan oleh suporter fanatik Persik Kediri, Persikmania. Mereka telah memberangkatkan perwakilannya ke Jakarta.

Ketua Forum Komunikasi Suporter Persik (FKSP), Muhammad Hanif membenarkan keberangkatan kelompoknya ke Jakarta. Para perwakilan dari Kediri ini berasal dari anggota Persikmania dalam jumlah besar.

"Kita masih mematangkan rencana itu, termasuk koordinasi bersama forum komunikasi suporter se-Jawa Timur. Kami tidak ingin keberangkatan ke Jakarta hanya melalui perwakilan, kalau bisa se-Jawa Timur kompak," tegas Hanif.

PSSI tandingan

Jawa Timur akhirnya memiliki Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) tandingan. Lembaga ini dideklarasikan sekaligus tidak mengakui keberadaan PSSI Jatim, yang masih berkiblat ke Nurdin Halid.

Dalam orasinya, salah satu deklarator, Tri Prakoso menyatakan, kepengurusan PSSI tandingan ini tidak mengakui kepengurusan PSSI Jawa Timur di bawah kepemimpinan Nurdin Halid. "Kami mengajak semua elemen dan klub sepak bola untuk membangun persepakbolaan Jawa Timur, untuk meraih prestasi yang lebih baik dengan PSSI tandingan ini," kata Tri Prakoso di kantor PSSI Surabaya di Jln. Kertajaya 155, Surabaya.

Berdirinya PSSI tandingan ini sekaligus membekukan kepengurusan PSSI Jatim yang dipimpin Vigit Waluyo sebagai Pelaksana Tugas (Plt.) Ketua PSSI Jatim.

Saat ini, untuk melengkapi kepengurusan PSSI Tandingan Jawa Timur, formatur juga membuka kesempatan bagi warga Jawa Timur untuk menjadi pengurus.

Pendeklarasian PSSI tandingan di Jawa Timur ini merupakan buntut dari kekecewaan terpilihnya kembali Nurdin Halid maju dalam pemilihan Ketua Umum PSSI. Terdapat 40 inspirator yang berkecimpung di persepakbolaan Jawa Timur, yang ikut deklarasi tersebut. Diharapkan hal tersebut bisa menginspirasi daerah-daerah lainnya di Indonesia.

Sementara itu, KONI Jawa Timur menganggap lahirnya PSSI tandingan ini sebagai puncak kekecewaan warga Jatim yang berbuah sebuah tindakan berani. Bahkan, KONI Jatim berencana akan menjadikan PSSI tandingan sebagai mitra, karena PSSI Jatim saat ini dianggap tidak mampu menjalankan tugasnya.

"Saya melihat ini memang puncak dari kekecewaan warga selama bertahun-tahun. Saya bisa memahami masyarakat mengambil tindakan seperti ini," kata Ketua Harian KONI Jatim, Dhimam Abror.

Dhimam juga menyebut deklarasi PSSI tandingan yang dilakukan para pencinta sepak bola Jawa Timur sebagai fenomena yang bisa terjadi di banyak tempat. "Ini seperti bola salju, bahkan bisa seperti gerakan revolusi di Timur Tengah," imbuhnya.

KONI Jatim juga akan segera melakukan komunikasi dengan PSSI tandingan dan akan menjadikannya sebagai mitra. Hal ini disebabkan posisi PSSI Jatim saat ini dianggapnya vakum. "Kita tidak bisa berhubungan dengan PSSI yang karena masa plt.-nya sudah berakhir," imbuhnya.

Diskriminatif

Wakil Gubernur Jawa Timur, Syaifullah Jusuf memandang gerakan suporter sepak bola untuk melakukan revolusi disebabkan oleh sikap diskriminatif PSSI dalam memilih bakal calon ketua umum. Hari Sabtu lalu, katanya, PSSI secara mengejutkan tidak meloloskan George Toisutta dan Arifin Panigoro dari verifikasi calon ketua umum. Dua nama yang lolos adalah Nurdin Halid dan Nirwan Bakrie, yang oleh banyak orang dianggap status quo.

Walaupun membuka kesempatan keduanya untuk melakukan banding, tapi PSSI telanjur dianggap melakukan kontroversi lagi. Suporter pun bergerak untuk melakukan aksi demonstrasi di berbagai daerah, termasuk yang melibatkan ribuan orang di kantor PSSI di Jakarta kemarin.

"Masih ada diskriminasi (di PSSI). Jelas ini mengundang reaksi di masyarakat," tutur Syaifullah, atau yang biasa disapa Gus Ipul, dalam kunjungan kerjanya di Kab. Malang.

Secara eksplisit Gus Ipul yang juga Ketua KONI Jatim itu memberi dukungan pada George untuk maju di bursa pemilihan ketua umum baru PSSI. "Pak George itu layak jadi ketua umum. Sayang jika digagalkan. Padahal, Pak George banyak memperjuangkan sepak bola," katanya.

Gus Ipul menyesalkan munculnya PSSI tandingan, termasuk di Surabaya. Padahal aspirasi sebagai bentuk protes bisa disampaikan dalam bentuk lain. "Harapan kami itu tidak ada (PSSI tandingan, red). Jika tetap bergulir, kami menyesalkan," katanya.

Ketika ditanya apakah sikap KONI Jatim terhadap reaksi masyarakat untuk mendesak Nurdin Halid turun dari jabatannya, ia menanggapi dingin. "Itu domain PSSI, saya no comment," imbuhnya.

Di kandang monyet

Puluhan bobotoh melakukan aksi demo menolak Nurdin Halid sebagai Ketua Umum PSSI di Kebon Binatang Bandung, Jln. Tamansari Bandung, Rabu (23/2) sekitar pukul 12.00 WIB. Mereka melakukan aksinya tepat di depan kandang monyet. Bahkan, salah satu satwa di kebun binatang, yakni orang utan sumatra bernama Atim (4,5), dijadikan ikon demo para bobotoh.

Uniknya, poster bertuliskan "Turun Monyet" dan "Nurdin Monyet" yang sengaja diberikan kepada Atim kemudian dirobeknya. Aksi Atim ini mengundang tawa bobotoh. Bahkan, ada bobotoh yang meminta Atim berpose sambil merobek nama Nurdin Halid.

Orang utan itu sepertinya menurut saja apa yang diperintahkan bobotoh, terutama oleh pengasuhnya Dikdik Kurniawan. Aksi yang dilakukan ini mengundang perhatian para pengunjung Kebon Binatang Bandung. Beruntung aksi tersebut tidak membuat para satwa yang ada di kebun binatang stres.

Menurut Panglima Viking, Ayi Beutik, aksi demo yang dilakukan bobotoh Persib ini sebagai ungkapan kekecewaan dan "sindiran" bagi pengurus PSSI. "Apalagi terhadap Nurdin yang tidak tahu malu. Kami anggap Nurdin Halid adalah monyet yang tak tahu malu," katanya saat ditemui di sela-sela aksi.

Ditambahkan Ayi, yang tidak tahu malu itu bukan hanya Nurdin Halid, tetapi semua pengurus PSSI. Karena itu, katanya, sebaiknya PSSI sekarang direvolusi dan diganti dengan kepengurusan yang baru.

"Kalau hanya Nurdin yang turun percuma, karena seluruh pengurus PSSI adalah antek-anteknya Nurdin. Mereka harus turun semuanya, baru PSSI akan benar menjalankan roda organisasinya," tegasnya lagi.

Ayi menyebutkan, tadinya aksi demo di kebun binatang ini akan dilakukan ratusan bobotoh, namun tidak jadi, karena takut membuat stres satwa yang ada di Kebon Binatang Bandung.

"Kami sudah melakukan koordinasi dengan pihak kebun binatang. Pihak kebun binatang meminta tidak terlalu banyak yang demo. Kami mengerti dan tidak mau membuat satwa stres," ujarnya.

Selain itu, tambahnya, para bobotoh yang demo ini diharuskan membeli tiket masuk ke kebun binatang. "Kami datang ke sini dengan membayar tiket masuk," tandasnya.

Sedangkan terkait demo suporter sepak bola ke PSSI di Jakarta, Ayi menyebutkan, pihaknya telah mengirim perwakilan bobotoh dari Bogor dan Jakarta. Mereka, katanya, mengatasnamakan suporter dari Jawa Barat, bukan bobotoh Persib. "Kami lebih konsentrasi demo di Kota Bandung saja, sambil memantau aksi demo di Jakarta," tandasnya.

Sementara itu, Sekretaris Kebon Binatang Bandung, Dadang Danumihardja mengatakan, Kebon Binatang Bandung tidak menyediakan fasilitas untuk aksi demo bobotoh Persib. Menurutnya, para bobotoh datang ke kebun binatang membeli tiket dan tidak gratis. "Kami tidak memfasilitasi mereka. Tiket yang dibeli para bobotoh digunakan untuk kesejahteraan satwa," tambahnya.

Dadang menyebutkan, pihak kebun binatang berada dalam posisi netral dan tidak mau terlibat. "Kami fokus pada perlindungan dan penyelamatan (konservasi) satwa saja, tidak ada kaitannya dengan sepak bola," katanya. (B.81/B.98/detik.com)**

Post a Comment

0 Comments